A. Definisi
Tumor otak adalah suatu
pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri atas Tumor otak
benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di
dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di
dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya
atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui
aliran darah.
B. Epidemiologi
Dimana tumor otak primer
tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma, 13% adenoma hipofisis dan
12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60% terletak supratentorial sedang pada anak
70% terletak infratentorial. Pada anak yang paling sering ditemukan adalah
tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa
adalah glioblastoma multiforme.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Samuels (1986)
berdasarkan atas lokasi tumor, yaitu :
1. Tumor supratentorial
a) Hemisfer otak :
Glioma : glioblastoma multiforme,
astrositoma, oligodendroglioma,
meningioma, tumor metastasis
b) Tumor struktur median : adenoma
hipofisis, tumor glandula
pinealis,
kraniofaringioma
2. Tumor infratentorial
Dewasa :
a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma,
neurinoma akustik)
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)
Anak-anak :
a) Astrositoma serebelaris
b) Medulloblastoma
c) Ependimoma
d) Glioma batang otak.3
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat
ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang
dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam
satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut
tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional
(Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional
berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang
terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf
pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun
belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan
bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang
inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud
untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi
Karsinogenik
Penyelidikan tentang
substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada
substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan
E. Patofisiologi
Gangguan neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal akibat
tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim
otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Peningkatan ICP
disebabkan oleh : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema
sekitar tumor, dan perubahah sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor
akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruang yang relatif
tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam
jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
edema akibat kerusakan sawar darah otak, semua menimbulkan peningkatan volume
intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis ke ruang
subarachnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan ICP akan
membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang telah
dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau
berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila tekanan
intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume
darah intracranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi
sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus
medialis lobus temporalis tergeres ke inferior melalui incisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan mesencephalon menyebakan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga. Kompresi medulla oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah
bradikardi progesif, hipertensi sistemik, dan gagal napas.5
F. Gambaran klinik
Gejala klinik pada tumor
intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena
peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi difus dari tumor.
Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental, kejang,
nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas)
menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor
pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan
ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya
hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada
lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru
kemudian memberikan gejala umum.
Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada
20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya
tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh
perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan
bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa
posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat
lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah
gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal.
Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan
terjadinya somnolen hingga koma.
Seizure
Adalah gejala utama dari
tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan
meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian
tumor pada lobus parietal dan temporal.
Edema Papil
Gejala umum yang tidak
berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat
segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya
kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat
menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan
menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
Muntah
Muntah sering
mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga
mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam
hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan
adanya massa intrakranial.
2. Gejala Klinik Lokal
Manifestasi lokal terjadi
pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat
pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion
hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi
fokal yang reversibel.
Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal
menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma
kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang.
Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan
afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan
adanya tumor bulbus olfaktorius.
Tumor Lobus Temporalis
Gejala tumor lobus
temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit
lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang
parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan sensoris
dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal.
Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan
simple motor atau kejang sensoris.
Tumor Lobus Oksipital
Tumor lobus oksipital sering
menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital
sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter,
warna atau pada bentuk geometri.
Tumor pada Ventrikel Tiga
dan Regio Pineal
Tumor di dalam atau yang
dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau aquaduktus dan
menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel
sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks, muntah dan
kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes
insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.
Tumor Batang Otak
Terutama ditandai oleh
disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan
ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif
dan menimbulkan gejala-gejala umum.
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit
kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering ditemukan pada tumor
serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.
3. Gejala Lokal yang
Menyesatkan (False Localizing Features)
Gejala lokal yang
menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor yang sebenarnya.
Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran dari
struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang
ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi
saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum
menyebabkan ataksia (frontal ataksia).
G. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis
pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang
dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui
gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan
gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala,
muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin
ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
Pemeriksaan Penunjang
CT scan dan MRI
memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau
gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya.
Foto polos dada dan
pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya
berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal
ataupun multiple pada otak.
Pemeriksaan cairan
serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga
marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan
melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan
tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).2
Biopsi dilakukan untuk
menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).
Kadang pemeriksaan
mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui pungsi lumbal,
bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
Jika terdapat peningkatan
tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena
perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.
Pada herniasi, tekanan yang
meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang
sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak).
Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan,
denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera
diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.4
H. Terapi
Jika memungkinkan, maka
tumor diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak
yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan
intelektual. Tetapi pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam
struktur otak yang penting. Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat
menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala
dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya.
Beberapa tumor jinak harus
diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di dalam rongga sempit
dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.
Meningioma, schwannoma dan
ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah pembedahan kadang
dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yangt ersisa.
Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi
penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui
pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu
memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan.
Kemoterapi digunakan untuk
mengobati beberapa jenis kanker otak.
Kanker otak primer maupun kanker
otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi.
Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam
otak, diberikan suntikan mannitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan
dan mencegah herniasi.
Pengobatan kanker metastatik
tergantung kepada sumber kankernya.
Sering dilakukan terapi
penyinaran. Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukanpembedahan.
Pemilihan jenis terapi pada
tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita,
tersedianya alat yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya, luasnya metastasis. adapun terapi yang
dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Terapi Steroid
Steroid secara dramatis
mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung
terhadap tumor.
Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan
yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak
tumornya dan meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak.
Operasi untuk membuka tulang
tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum
operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di
kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong
tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli
bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong
metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa
ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala
selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah
atau cairan.
Efek samping yang mungkin
timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak
nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang
umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang
mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid
untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk
mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan
tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke
bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke
perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat
berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan
normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki
masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami
perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan
berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen. Pasien
mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik
"knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa
membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang
tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya
dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai
dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun
sinar proton.
Kelebihan dari prosedur
knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan
memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan
tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan
otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak
dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah
tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak
jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau
perawatan lainnya.
Radioterapi
Tumor diterapi melalui
radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi
dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada
alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal
dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih
efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif.
Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak
dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi
tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti
meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak,
terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu
sebagai terapi paliatif.
I. Prognosis
Meskipun diobati, hanya sekitar 25%
penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih
baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya
tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.
Sekitar 50% penderita
meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif
dilakukan pada:
- penderita yang berusia
dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma
anaplastik
- penderita yang sebagian atau
hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.
Berdasarkan data di
Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat
melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5
tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun
(10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum
prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada
beberapa rumah sakit di Jakarta. 2
Meskipun diobati, hanya
sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun.
Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma,
dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.
Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5
tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
penderita yang berusia
dibawah 45 tahun
penderita astrositoma
anaplastik
penderita yang sebagian atau
hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Tumor otak adalah suatu
pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri atas Tumor otak
benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di
dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di
dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya
atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui
aliran darah.
Tumor disebabkan oleh mutasi
DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya
tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan
mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika
kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel
yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta
fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk
mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
Pengobatan tumor otak tergantung
kepada lokasi dan jenisnya.Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung
pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita, tersedianya alat yang
lengkap, pengertian penderita dan keluarganya,
luasnya metastasis. adapun terapi yang dilakukan, meliputi terapi
steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Informasi tentang Tumor
Otak dalam http://www.medicastore.com dikutip tanggal 13 November 2004
2. Adams and Victors,
Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of Neurology
edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263
3. Adams and Victors,
Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Principles of Neurology
edisi 7, McGraw Hill, New York, 2001 : 676 – 721
4. Syaiful Saanin, dr, Tumor
Intrakranial dalam http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html,
dikutip tanggal 13 November 2004
5. Harsono, Tumor Otak dalam
Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,
1999 : 201 – 207
6. What you need to Know
about Brain Tumor at http://www.cancer.gov
7. Mahar, M., Proses
Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5, Dian
Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
8. Meyer, J.S., Gilroy J.,
Tumors of the Central Nervous System in Medical Neurology edisi 2, McMillan
Publishing C. Inc, New York, 1995 : 611 – 629
9. Bradley, Walter G.,
Neuro-Oncology in Pocket Companion to Neurology in Clinical Practice edisi 3,
Butterworth, Boston 2000 : 239 – 267
10. Howard L.W., Lawrence P.
L., Malignancy and the Nervous System in Neurology edisi 5, Williams &
Wilkins, Philadelphia, : 139 - 142
11. Facts About Brain Tumors
at http://www.braintumor.org, dikutip tanggal 13 November 2004
12. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain
Tumors — From Their Biology to Their Treatments at
http://www.brain-surgery.com, dikutip tanggal 13 November 2004
13. 13.Pinzon, Rizaldi dkk. 2003. Karakteristik
Klinis dan Radiologis Tumor Otak di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM,
Yogyakarta.
14.Ashadi. 2009. Gejala,
Diagnosis dan Terapi Tumor Otak.
Sindereng. (Sindereng. Blogspot.com, 30 September 2009)
15.______. 2009. Tumor Otak.
Referat. (referat.blogspot.com, 30 September 2009)
16.______. 2009. Tumor Otak.
Medicastore. (www.medicastore.com, 30 September 2009)
17.Price, Sylvia Anderson.
2006. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar