I. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak
ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan
Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular
yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan
stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung
dengan pasien. Nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola.
(Arif mansjoer, 2000)
Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola
merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh
paramixovirus yang pada umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan
dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yaitu Rubeola yang
terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam
setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. virus ini memiliki RNA rantai tunggal,
sampai saat ini hanya ada satu serotipe yang diketahui dapat menimbulkan
penyakit pada manusia. Cara penularan dengan droplet infeksi.
Faktor resiko terkena morbili adalah
1. Daya tahan tubuh yang lemah
2. Belum pernah terkena campak
3. Belum pernah mendapat vaksinasi campak
C. Manifestasi klinik
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang
lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3
stadium
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari
ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia
dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat
jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan
molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan
pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah,
langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang
dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat
berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan
pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium erupsi
Coryza dan
batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan
palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan
menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga
terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi
dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna
lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi
ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain
dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu
menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
D. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat
udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam
dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan
yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis)
dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama
makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak
dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus
dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik
encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda
dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan
hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan
perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Manusia merupakan satu- stunya inang alamiah untuk
virus campak, walaupun banyak spesies lain, termasuk kera, anjing, tikus, dapat
terinfeksi secara percobaan. Virus masuk ke dalam tubuh melalui system
pernafasan, dimana mereka membelah diri secara setempat; kemudian infeksi
menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana terjadi pembelahan diri
selanjutnya. Viremia primer menyebabkan virus, yang kemudian bereplikasi dalam
system retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder bersemai pada permukaan
epitel tubuh, termasuk kulit, saluran pernafasan, dan konjungtiva, dimana
terjadi replikaksi fokal. Campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu,
yang membantu penyebarannya di seluruh tubuh. Sel datia berinti banyak dengan
inklusi intranuklir ditemukan dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh
(limfonodus, tonsil, apendiks).
Peristiwa tersebut di atas terjadi selama masa
inkubasi, yang secara khas berlangsung 9- 11 hari tetapi dapat diperpanjang
hingga 3 minggu pada orang yang lebih tua. Mula timbul penyakit biasanya
mendadak dan ditandai dengan koriza (pilek), batuk, konjungtivitis, demam, dan
bercak koplik dalam mulut. Bercak koplik- patognomonik untuk campak- merupakan
ulkus kecil, putih kebiruan pada mukosa mulut, berlawanan dengan molar bawah.
Bercak ini mengandung sel datia, antigen virus, dan nukleokapsid virus yang
dapat dikenali.
Selama fase prodromal, yang berlangsung 2- 14 hari,
virus ditemukan dalam air mata, sekresi hidung dan tenggorokan, urin, dan
darah. Ruam makulopopuler yang khas timbul setelah 14 hari tepat saat antibody
yang beredar dapat dideteksi, viremia hilang, dan demam turun. Ruam timbul
sebagai hasil interaksi sel T imun dengan sel terinfeksi virus dalam pembuluh
darah kecil dan berlangsung sekitar seminggu. Pada pasien dengan cacat imunitas
berperantara sel, tidak timbul ruam.
Keterlibatan system saraf pusat lazim terjadi pada
campak. Ensefalitis simptomatik timbul pada sekitar 1:1000 kasus. Karena virus
penular jarang ditemukan di otak, maka diduga reaksi autoimun merupakan
mekanisme yang menyebabkan komplikasi ini.
Sebaliknya, ensefalitis menular yang progresif akut
dapat timbul pada pasien dengan cacat imunitas berperantara sel. Ditemukan
virus yang bereplikasi secara katif dalam otakdan hal ini biasanya bentuk fatal
dari penyakit.
Komplikasi lanjut yang jarang dari campak adalah
peneesefalitis sklerotikkans subakut. Penyakit fatal ini timbul bertahun- tahun
setelah infeksi campak awal dan disebabkan oleh virus yang masih menetap dalam
tubuh setelah infeksi campak akut. Jumlah antigen campak yang besar ditemukan
dalam badan inklusi pada sel otak yang terinfeksi, tetapi paartikel virus tidak
menjadi matang. Replikasi virus yang cacat adalah akibat tidak adanya
pembentukan satu atau lebih produk gen virus, sering kali protein maatriks.
Tidak diketahui mekanisme apa yang bertanggung jawab untuk pemilihan virus
patogenik cacat ini.
Adanya virus campak intraseluler laten dalam sel
otak pasien dengan panensefalitis sklerotikans subakut menunjukkan kegagalan
system imun untuk membasmi infeksi virus. Ekspresi antigen virus pasa permukaan
sel dimodulasi oleh penambahan antibosi campak terhadap sel yang terinfeksi
dengan virus campak. Dengan menngekspresikan lebih sedikit antigen virus pada
permukaan, sel- sel dapat menghindarkan diri agar tidak terbunuh oleh reaksi
sitotoksik berperantara sel atau berperantara antibody tetapi dapat tetap
mempertahankan informasi genetic virus.
Anak- anak yang diimunisasi dengan vaksi campak yang
diinaktivasi kemudian dipaparkan dengan virus campak alamiah, dapat mengalami
sindroma yang disebut campak atipik. Prosedur inaktivasi yang digunakan dalam
produksi vaksin akan merusak imunogenisitas protein F virus; walaupun vaksin
mengembangkan respon antibody yang baik terhadap protein H, tanpa adanya
infeksi antibody F dapat dimulai dan virus dapat menyebar dari sel ke sel
melalui penyatuan. Keadaan ini akan cocok untuk reaksi patologik imun yang
dapat memperantarai campak atipik. Vaksin virus campak yang diinaktifkan tampak
digunakan lagi.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan darah
F. Komplikasi
Menurut Arif mansjoer, 2000, komplikasi dari morbili
adalah
1. Otitis media akut
2. Ensefalitis
3. Broncopneumonia
G. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
1. Pemberian cairan
yang cukup
2. Kalori yang sesuai
dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya
komplikasi
3. Suplemen nutrisi
4. Antibiotik
diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
5. Anti konvulsi
apabila terjadi kejang
6. Pemberian vitamin
A.
Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00
C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.
Campak tanpa komplikasi :
Hindari penularan
Tirah baring di tempat tidur
Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi
dilanjutkan 1500 IU tiap hari
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.
Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya
komplikasi
Campak dengan komplikasi :
Campak dengan komplikasi :
1.
Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit
2. Bronkopneumonia
Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah
dn elektrolit
3. Enteritis : koreksi
dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).
4. Pada kasus campak
dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap
adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin
setelah 1-3 bulan penyembuhan.
5. Pantau keadaan gizi
untuk gizi kurang/buruk.
H. Pencegahan
1. Imunisasi
aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin
campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan
adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B.
Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara
luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut
mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak
rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur
15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena
masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara
endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2. Imunisasi
pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang
dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta
(gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif
untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum
imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari
setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
I. Prognosis
Pada umumnya prognosis baik, tetapi lebih buruk pada
anak dengan keadaan gizi buruk, anak yang menderita penyakit kronis atau bila
disertai komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar