BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Diare adalah buang air besar ( BAB ) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya ( normal 100 – 200 cc/ jam tinja ). Dengan tinja terbentuk cair atau setengah padat, disertai dengan frekuensi yang meningkat.
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam/ hari. ( WHO: 1980 ). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi 1 kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair ( Suriadi, 2001: 83 )
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa diare merupakan penyakit pada sistem gastrointestinal yang ditandai dengan BAB cair lebih dari tiga kali atau lebih yang bercampur lendir dan darah atau hanya lendir.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi :
a. Proses Mekanis yaitu pengunyahan gigi dengan dibantu
lidah serta peremasan yang terjadi di lambung, yang termasuk proses mekanis adalah ingesti mastikasi dan deglutisi.
b. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-
molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil. Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada
di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil
pencernaan, yang termasuk pada proses kimiawi adalah digesti, absorbsi dan defekasi.
Gambar Sistem Pencernaan
3. Patofosiologi
Masukan makanan/ minuman yang terkontaminasi
Infeksi Mukosa Usus
Makanan/ zat tidak dapat diserap
Menimbulkan rangsangan tertentu yaitu: menimbulkan mekanisme tubuh untuk mngeluarkan toksin. Menimbulkan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan toksin
Tekanan Osmotik dalam rongga usus meninggi
Peningkatan gerak usus (peristaltik)
Terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus
Berkurangnya usus menyerap makanan
DIARE
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Resiko kekurangan cairan dan elektrolit
Pemenuhan Kebutuhan nutrisi < kebutuhan
4. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi ), makanan dan faktor pisikologis.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enternal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi internal ini meliputi:
1) Infeksi Bakteri: Vibrio, E.coli, salmonella, shigela, campylobacter , yersinia, aeromonas.
2) Infeksi Virus : enterovirus ( cirus ECHO, coxsackie, poliomyelitis), adeno virus, rotavirus, astrovirus.
3) Infeksi Parasit : cacing ( ascaris, gtrichuris, oxyuris, strongyloidies ); protozoa (entamoeba hystolictica, giardia lamblia, trichomonas haminis ); jamur (candida albacans )
b. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, encepphatilis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorpsi, terdiri dari :
a. Malabsorpsi karbohidrat : Disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa ) monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa ).
b. Malabsorpsi Lemak
c. Malabsorpsi Protein
3. Faktor Makanan :Makanan basi,beracun, alergi terhadap makanan .
4. Faktor Psikologis :Rasa takut dan cemas ( jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar ). ( Ngastiyah ,2005 : 226 )
5. Gambaran Klinis
Mula-mula klien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercanpur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbpsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung ( pada bayi ), selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering ( Ngastiyah, 2005: 225 )
6. Komplikasi dan Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
1) Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hivopolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,bradikardia, perubahan elektrokardiogram )
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisit enzim laktase
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik .
g. Malnutrisi energi protein, ( akibat muntah dan diare jika lama atau kronik )
h. Aktifitas terganggu .
Penderita dengan dehidrasi akan terjadi kelemahan otot. Kelemahan juga dapat disebebkan oleh pemasukan nutrisi yang kurang sehingga metabolisme untuk pemenuhan energi dalam tubuh berkurang. ( Ngastiyah,2005:225 )
2) Dampak
d. Cairan dan Elektrolit
Akibat dari makanan atau zat lain yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan osmotik dan rongga usus meningkat sehingga akan tejadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus yang berlebihan.
e. Nutrisi
Anak yang menderita diare dan muntah cenderung kehilangan nutrisi yang disebabkan karena kurangnya nafsu makan yang disertai mual dan muntah.
f. Gangguan Eliminasi
Pada penderita diare terjadi peningkatan frekuensi BAB dengan konsistensi cair. Peningkatan peristaltik usus yang berlebihan akan memperkecil penyerapan.
g. Integritas Kulit
Dengan sering BAB cair dan susunan feces yang asam akan mempermudah timbulnya iritasi.
h. Istirahat tidur
Dapat disebabkan karena adanya perubahan peningkatan frekuensi BAB dan biasanya disebabkan karena pearsaan tidak enak diperut. Pada anak faktor hospitalisasi juga dapat menjadi penyebab terjadi gangguan istirahat tidur karena adanya suasana asing dan baru.
i. Rasa Aman
Kecemasan penyakit diare yang diderita dapat menyebabkan rasa kecemasan pada orang tua yang kurang pengetahuan akan penyakit yang diderita oleh anak. ( Taucher, 1998 : 48 )
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan Sampai Sedang
Apabila diare berlangsung lebih dari 4 kali sehari dan volume setiap kali buang air besar cukup banyak ( 25-100 kali ml/kgBB/hari ) atau setiap jam lebih dari 2 kali maka penderita mungkin akan jatuh ke dalam dehidrasi sedang bahkan dehidrasi berat, bila tidak diberi minum cukup banyak, apalagi bila dipuasakan atau semua makanan minumannya dihentikan. Bila penderita sudah jatuh dalam keadaan dehidrasi ringan dan sedang maka harus segera diberi cairan rehidrasi oral lengkap (oralit).
Penanganan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat sedang atau ringan adalah apabila terdapat 2 atau lebih gejala dalam golongan tersebut dengan catatan selalu memikirkan resiko yang lebih tinggi ( misal : terdapat 2 gejala dehidrasi berat dan 5 gejala dehidrasi sedang, maka penderita tersebut dimasukan dalam golongan dehidrasi berat).
Bila berat badan anak sebelumnya telah diketahui jumlah CRO yang harus diberikan ialah sebanyak 100 ml/ kgBB dan harus habis dalam 3 jam. Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi. Sebaliknya bila dengan jumlah di atas kelopak mata menjadi bengkak, pemberian cairan CRO harus dihentikan sementara dan berilah air putih atau air tawar. Bila oedema kelopak mata sudah hilang CRO dapat diberikan lagi. Bila penderita muntah, tunggu 10 menit dan kemudian berikan lagi sedikit demi sedikit tetapi sering ( frequent small drinking )
Selain CRO (oralit), ASI dan makanan sehari-hari yang tidak merangsang harus tetap diberikan. Setelah 3 jam kemudian diadakan evaluasi mengenai keadaan penderita apakah keadaan membaik, tetap atau memburuk. Bila membaik dapat diberikan cairan rumat ( maintenance) sebagai berikut : untuk bayi di bawah 1 tahun diberikan oralit sebanyak 100 ml (1/2 gelas ) setiap kali BAB, anak balita 200 ml (1 gelas), diatas 5 tahun 400 ml ( 2 gelas ) dan diatas 12 tahun serta orang dewasa 600 ml (3 gelas) setiap kali BAB, sedangkan makanan dan minuman sehari-hari harus tetap diberikan. Setelah sembuh dari diare harus diberikan makanan ekstra satu kali sehari selama 1 minggu untuk mengejar ketinggalan pertumbuhannya. (Markum, 1996 :450).
b. Pengobatan diare berat
Bila diare begitu hebat dan disertai muntah, dalam waktu pendek penderita dapat jatuh kedalam dehidrasi berat. Dalam keadaan ini pengobatan yang terbaik adalah dengan pemberian cairan parental. Tetapi hal ini hanya dapat dikerjakan di rumah sakit atau puskesmas. Sebelum penderita dibawa ke puskesmas atau rumah sakit, dapat diberikan cairan rehidrasi oral ad libitum atau 200ml/kgBB.
Tujuan dari pengobatan cairan ini adalah untuk mencegah penderita menjadi bertambah berat atau jatuh kedalam keadan shock. Pengobatan yang terbaik adalah dengan rehidrasi parenteral. ( Markum, 1996: 451 )
8. Pencegahan
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
a.Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
1) sebelum makan,
2) setelah buang air besar,
3) sebelum memegang bayi,
4) setelah menceboki anak dan
5) sebelum menyiapkan makanan;
b. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
c. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
d. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
B. Pendekatan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan konstribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien.
Perawat berusaha keras mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui penerapan lima tahap proses keperawatan itu, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan ( Allen, 1998 : 21 )
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan. ( Nursalam, 2001 : 7 )
a. Identitas
1) Identitas Klien : Jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, dan nomor Register.
2) Identitas Penanggung Jawab : Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status, pekerjaan, pendidikan, agama, dan hubungan dengn klien.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama : Pada umumnya klien mengeluh BAB sering dengan konsistensi cair disertai dengan demam.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : Pada umumnya klien akan dibawa ke rumah sakit dengan keluhan BAB sering, lemah, dan demam, kadang disertai nyeri perut, dan klien gelisah.
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit dahulu mungkin ada hubugannya dengan penyakit sekarang, sehingga perlu dikaji:
a) Mempunyai riwayat infeksi saluran pencernaan atau klien mempunyai faktor-faktor pendukung.
b) Lingkungan sekitar klien : keadaan rumah dan lingkungan serta kebiasaan keluarga dalam pengkajian makanan
4) Riwayat Penyakit keluarga : perlu di kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama,perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran sosial,budaya,dan kesehatan keluarga lain,usia daan kesehatan atau
5) usia dan penyebab kematian, dari orang tua, saudara kandung, pasangan hidup dan anak-anak.
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal : kondisi ibu saat hamil, tempat pemeriksaan, beberapa kali memeriksa kehamilannya, imunisasi yang di dapat selama hamil dan juga ibu hamil yang mempunyai penyakit saluran pencernaan cenderung menularkan penyakitnya terhadap janin yang di kandungnya.
b) Intranatal : umur kehamilan, jenis persalinan,yang menolong persalinan.
c) Post natal : anak langsung menangis atau tidak, lemah, ada kelainan atau tidak, langsung menete atau PASI.
7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan : Anak dengan penyakit sistem pencernaan pada umumya akan mengalami keterlambatan pertumbuhan, sulit untuk bertambah berat badan, bahkan sampai terjadi penurunan berat badan dikarenakan absorbsi yang tidak adekuat.
b) Perkembangan : Anak dengan gangguan sistem pencernaan biasanya memiliki latar belakang tampak cemas sehingga aktivitas menjadi intoleransi serta perkembangan anak mengalami keterbatasan.
8) Riwayat Nutrisi
Anak dengan infeksi saluran pencernaan akan mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi yaitu tidak adekuatnya pemasukan nutrisi. Dengan demikian kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi menjadi tidak terpenuhi sehingga rentan terhadap penyakit. Pada masa ini pertumbuhan anak lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori menurun.
9) Riwayat Imunisasi
Pada usia 0 – 1 bualn imunisasi sudah lengkap, yaitu imunisasi yang diberikan terdiri dari : BCG 1x mulai 0 -11 bulan, DPT 3x mulai bayi umur 2 – 11 bulan dengan tenggang waktu 4 minngu, vaksin campak 1x pada bayi berumur 8 bulan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada penderita stadium lanjut biasanya terjadi penurunan kesadaran dan apabila terjadi syok hipovolemik bisa terjadi kematian.
2) Keadaan Integumen
Turgor kulit pada klien biasanya menurun, terdapat iritasi pada daerah anus.
3) Sitem Pernafasan
Terjadi perubahan pada frekuensi pernafasan karena bila terjadi sesak nafas yang akan menambah berat kepada klien.
4) Sistem Kardiovaskuler
Pada bayi tekanan darah normal adalah 75/ 60 mmHg, denyut nadi 120 – 140x/ menit, sedangkan pada anak 95/ 65 mmHg, denyut nadi 80 – 130x/ menit.
5) Abdomen
Pasien dikaji tentang penurunan fungsi saluran pencernaan seperti bising usus yang cepat, adanya mual dan anorexia, sel membran mukosa kering, perubahan pada berat badan, perubahan pola makan, perubahan dalam kebiasaan BAB.
6) Sistem Reproduksi
Genitalia : pada umumnya tidak terjadi perubahan.
7) Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terjadi adanya perubahan dalam aktivitas kelemahan fisik.
d. Aktivitas Sehari-hari
1) Makan dan Minum
Pada anak dengan peradangan saluran pencernaan sering disertai dengan penurunan berat badan, tidak nafsu makan dan harus diberi makan yang lembek.
2) Istirahat Tidur
Pada anak yang mengalami gangguan sistem pencernaan akan mengalami gangguan melaksanakan istirahat tidur karena adanya kontraksi usus yang sering menyebabkan sakit perut dan gangguan dari BAB yang sering.
3) Eliminasi
Pada anak dengan gangguan sistem pencernaan akan terjadi perubahan pada sistem eliminasi karena adanya peradangan pada saluran pencernaan.
4) Psikologis
Klien dengan usia anak mungkin dihadapkan pada timbulnya kecemasan dari perubahan tingkah laku.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat. ( Allen, 1998 : 67 )
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berkaitan dengan diare adalah :
a. Kekurangan volume cairan
b. Gangguan pola eliminasi BAB
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
d. Resiko tinggi gangguan integritas kulit
e. Gangguan rasa aman cemas
f. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
3. Perencanaan
Keperawatan, penetapan sasaran ( goal ) dan tujuan ( objektif ), penetapan kriteria dan merumuskan intervensi keperawatan. ( Gaffar, 1997 : 63 )
a. Diagnosa Keperawatan I
Tujuan :Mempertahankan/menunjukan keseimbangan cairan.
Dengan kriteria :
1) Keluaran urine adekuat
2) Tanda-tanda vital stabil
3) Membran mukosa lembab
4) Turgor kulit baik
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukuran keluaran urine dengan akurat
Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
2.
Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah
Membantu pasien untuk menghentikan muntah agar cairan yang keluar tidak berlebihan
3.
Identifikasi rencana untuk meningkatkan/ mempertahankan keseimbangan cairan optimal misal : jadwal masukan cairan
Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki kesempatan untuk berhasil
b. Diagnosa Keperawatan II
Tujuan : konsistensi dan frekuensi BAB normal
Dengan kriteria :
1) Peristaltik usus normal
2) Konsistensi feces normal
3) Berat badan bertambah
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Observasi dan catat frekuensi defekasi setiap hari
Dengan mengobservasi dan mencatat frekuensi defekasi dapat membantu membedakan penyakit individu dan mengakaji beratnya episode
2.
berikan asupan cairan peroral secara bertahap
Dapat meningkatkan istirahat usus dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan/ cairan dan dapat mencegah kram abdomen dan diare berulang
3.
Berikan therapy antibiotik
Therapy antibiotik dapat menghambat perkembangan bakteri
c. Diagnosa Keperawatan III
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Dengan kriteria :
1) Berat badan kembali normal
2) Turgor kulit baik
3) Klien tidak lemah
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Sajikan makanan yang menarik/ bervariasi dan sesuai dengan diet
Dapat menarik perhatian klien untuk mau makan
2.
Anjurkan agar klien diberi makan sedikit-sedikit tapi sering, dan diberikan makanan tambahan seperti biskuit
Mengurangi dilatasi gaster agar tidak menyebabkan pemberian makanan terlalu cepat yang akan meningkatka peristaltik usus.
3.
Pemberian obat anti muntah yaitu ondansetron
Dapat mengurangi rasa mual dan muntah
d. Diagnosa Keperawatan IV
Tujuan : Istirahat tidur terpenuhi
Dengan kriteria :
1) Tidur malam 7 – 8 jam
2) Kualitas tidur nyanyak
3) Sklera dan konjungtiva normal
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Anjurkan kepada keluarga klien, untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan membatasi jumlah pengunjung
Dapat mengurangi kebisingan sehingga tisur klien tidak terganggu
2.
Atur posisi klien senyaman mungkin
Dapat memberikan kenyamanan untuk klien beristirahat
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. ( Nursalam, 2001 : 63 )
Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penulisan kesehatan dan memfasilitasi koping. ( Nursalam, 2001 : 63 )
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. ( Nursalam, 2001 : 71 )
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. ( Nursalam, 2001 : 71 )
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Diare adalah buang air besar ( BAB ) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya ( normal 100 – 200 cc/ jam tinja ). Dengan tinja terbentuk cair atau setengah padat, disertai dengan frekuensi yang meningkat.
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam/ hari. ( WHO: 1980 ). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi 1 kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair ( Suriadi, 2001: 83 )
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa diare merupakan penyakit pada sistem gastrointestinal yang ditandai dengan BAB cair lebih dari tiga kali atau lebih yang bercampur lendir dan darah atau hanya lendir.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi :
a. Proses Mekanis yaitu pengunyahan gigi dengan dibantu
lidah serta peremasan yang terjadi di lambung, yang termasuk proses mekanis adalah ingesti mastikasi dan deglutisi.
b. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-
molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil. Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada
di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil
pencernaan, yang termasuk pada proses kimiawi adalah digesti, absorbsi dan defekasi.
Gambar Sistem Pencernaan
3. Patofosiologi
Masukan makanan/ minuman yang terkontaminasi
Infeksi Mukosa Usus
Makanan/ zat tidak dapat diserap
Menimbulkan rangsangan tertentu yaitu: menimbulkan mekanisme tubuh untuk mngeluarkan toksin. Menimbulkan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan toksin
Tekanan Osmotik dalam rongga usus meninggi
Peningkatan gerak usus (peristaltik)
Terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus
Berkurangnya usus menyerap makanan
DIARE
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Resiko kekurangan cairan dan elektrolit
Pemenuhan Kebutuhan nutrisi < kebutuhan
4. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi ), makanan dan faktor pisikologis.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enternal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi internal ini meliputi:
1) Infeksi Bakteri: Vibrio, E.coli, salmonella, shigela, campylobacter , yersinia, aeromonas.
2) Infeksi Virus : enterovirus ( cirus ECHO, coxsackie, poliomyelitis), adeno virus, rotavirus, astrovirus.
3) Infeksi Parasit : cacing ( ascaris, gtrichuris, oxyuris, strongyloidies ); protozoa (entamoeba hystolictica, giardia lamblia, trichomonas haminis ); jamur (candida albacans )
b. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, encepphatilis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorpsi, terdiri dari :
a. Malabsorpsi karbohidrat : Disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa ) monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa ).
b. Malabsorpsi Lemak
c. Malabsorpsi Protein
3. Faktor Makanan :Makanan basi,beracun, alergi terhadap makanan .
4. Faktor Psikologis :Rasa takut dan cemas ( jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar ). ( Ngastiyah ,2005 : 226 )
5. Gambaran Klinis
Mula-mula klien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercanpur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbpsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung ( pada bayi ), selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering ( Ngastiyah, 2005: 225 )
6. Komplikasi dan Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
1) Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hivopolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,bradikardia, perubahan elektrokardiogram )
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisit enzim laktase
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik .
g. Malnutrisi energi protein, ( akibat muntah dan diare jika lama atau kronik )
h. Aktifitas terganggu .
Penderita dengan dehidrasi akan terjadi kelemahan otot. Kelemahan juga dapat disebebkan oleh pemasukan nutrisi yang kurang sehingga metabolisme untuk pemenuhan energi dalam tubuh berkurang. ( Ngastiyah,2005:225 )
2) Dampak
d. Cairan dan Elektrolit
Akibat dari makanan atau zat lain yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan osmotik dan rongga usus meningkat sehingga akan tejadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus yang berlebihan.
e. Nutrisi
Anak yang menderita diare dan muntah cenderung kehilangan nutrisi yang disebabkan karena kurangnya nafsu makan yang disertai mual dan muntah.
f. Gangguan Eliminasi
Pada penderita diare terjadi peningkatan frekuensi BAB dengan konsistensi cair. Peningkatan peristaltik usus yang berlebihan akan memperkecil penyerapan.
g. Integritas Kulit
Dengan sering BAB cair dan susunan feces yang asam akan mempermudah timbulnya iritasi.
h. Istirahat tidur
Dapat disebabkan karena adanya perubahan peningkatan frekuensi BAB dan biasanya disebabkan karena pearsaan tidak enak diperut. Pada anak faktor hospitalisasi juga dapat menjadi penyebab terjadi gangguan istirahat tidur karena adanya suasana asing dan baru.
i. Rasa Aman
Kecemasan penyakit diare yang diderita dapat menyebabkan rasa kecemasan pada orang tua yang kurang pengetahuan akan penyakit yang diderita oleh anak. ( Taucher, 1998 : 48 )
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan Sampai Sedang
Apabila diare berlangsung lebih dari 4 kali sehari dan volume setiap kali buang air besar cukup banyak ( 25-100 kali ml/kgBB/hari ) atau setiap jam lebih dari 2 kali maka penderita mungkin akan jatuh ke dalam dehidrasi sedang bahkan dehidrasi berat, bila tidak diberi minum cukup banyak, apalagi bila dipuasakan atau semua makanan minumannya dihentikan. Bila penderita sudah jatuh dalam keadaan dehidrasi ringan dan sedang maka harus segera diberi cairan rehidrasi oral lengkap (oralit).
Penanganan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat sedang atau ringan adalah apabila terdapat 2 atau lebih gejala dalam golongan tersebut dengan catatan selalu memikirkan resiko yang lebih tinggi ( misal : terdapat 2 gejala dehidrasi berat dan 5 gejala dehidrasi sedang, maka penderita tersebut dimasukan dalam golongan dehidrasi berat).
Bila berat badan anak sebelumnya telah diketahui jumlah CRO yang harus diberikan ialah sebanyak 100 ml/ kgBB dan harus habis dalam 3 jam. Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi. Sebaliknya bila dengan jumlah di atas kelopak mata menjadi bengkak, pemberian cairan CRO harus dihentikan sementara dan berilah air putih atau air tawar. Bila oedema kelopak mata sudah hilang CRO dapat diberikan lagi. Bila penderita muntah, tunggu 10 menit dan kemudian berikan lagi sedikit demi sedikit tetapi sering ( frequent small drinking )
Selain CRO (oralit), ASI dan makanan sehari-hari yang tidak merangsang harus tetap diberikan. Setelah 3 jam kemudian diadakan evaluasi mengenai keadaan penderita apakah keadaan membaik, tetap atau memburuk. Bila membaik dapat diberikan cairan rumat ( maintenance) sebagai berikut : untuk bayi di bawah 1 tahun diberikan oralit sebanyak 100 ml (1/2 gelas ) setiap kali BAB, anak balita 200 ml (1 gelas), diatas 5 tahun 400 ml ( 2 gelas ) dan diatas 12 tahun serta orang dewasa 600 ml (3 gelas) setiap kali BAB, sedangkan makanan dan minuman sehari-hari harus tetap diberikan. Setelah sembuh dari diare harus diberikan makanan ekstra satu kali sehari selama 1 minggu untuk mengejar ketinggalan pertumbuhannya. (Markum, 1996 :450).
b. Pengobatan diare berat
Bila diare begitu hebat dan disertai muntah, dalam waktu pendek penderita dapat jatuh kedalam dehidrasi berat. Dalam keadaan ini pengobatan yang terbaik adalah dengan pemberian cairan parental. Tetapi hal ini hanya dapat dikerjakan di rumah sakit atau puskesmas. Sebelum penderita dibawa ke puskesmas atau rumah sakit, dapat diberikan cairan rehidrasi oral ad libitum atau 200ml/kgBB.
Tujuan dari pengobatan cairan ini adalah untuk mencegah penderita menjadi bertambah berat atau jatuh kedalam keadan shock. Pengobatan yang terbaik adalah dengan rehidrasi parenteral. ( Markum, 1996: 451 )
8. Pencegahan
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
a.Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
1) sebelum makan,
2) setelah buang air besar,
3) sebelum memegang bayi,
4) setelah menceboki anak dan
5) sebelum menyiapkan makanan;
b. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
c. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
d. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
B. Pendekatan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan konstribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien.
Perawat berusaha keras mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui penerapan lima tahap proses keperawatan itu, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan ( Allen, 1998 : 21 )
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan. ( Nursalam, 2001 : 7 )
a. Identitas
1) Identitas Klien : Jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, dan nomor Register.
2) Identitas Penanggung Jawab : Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status, pekerjaan, pendidikan, agama, dan hubungan dengn klien.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama : Pada umumnya klien mengeluh BAB sering dengan konsistensi cair disertai dengan demam.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang : Pada umumnya klien akan dibawa ke rumah sakit dengan keluhan BAB sering, lemah, dan demam, kadang disertai nyeri perut, dan klien gelisah.
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit dahulu mungkin ada hubugannya dengan penyakit sekarang, sehingga perlu dikaji:
a) Mempunyai riwayat infeksi saluran pencernaan atau klien mempunyai faktor-faktor pendukung.
b) Lingkungan sekitar klien : keadaan rumah dan lingkungan serta kebiasaan keluarga dalam pengkajian makanan
4) Riwayat Penyakit keluarga : perlu di kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama,perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran sosial,budaya,dan kesehatan keluarga lain,usia daan kesehatan atau
5) usia dan penyebab kematian, dari orang tua, saudara kandung, pasangan hidup dan anak-anak.
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal : kondisi ibu saat hamil, tempat pemeriksaan, beberapa kali memeriksa kehamilannya, imunisasi yang di dapat selama hamil dan juga ibu hamil yang mempunyai penyakit saluran pencernaan cenderung menularkan penyakitnya terhadap janin yang di kandungnya.
b) Intranatal : umur kehamilan, jenis persalinan,yang menolong persalinan.
c) Post natal : anak langsung menangis atau tidak, lemah, ada kelainan atau tidak, langsung menete atau PASI.
7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan : Anak dengan penyakit sistem pencernaan pada umumya akan mengalami keterlambatan pertumbuhan, sulit untuk bertambah berat badan, bahkan sampai terjadi penurunan berat badan dikarenakan absorbsi yang tidak adekuat.
b) Perkembangan : Anak dengan gangguan sistem pencernaan biasanya memiliki latar belakang tampak cemas sehingga aktivitas menjadi intoleransi serta perkembangan anak mengalami keterbatasan.
8) Riwayat Nutrisi
Anak dengan infeksi saluran pencernaan akan mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi yaitu tidak adekuatnya pemasukan nutrisi. Dengan demikian kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi menjadi tidak terpenuhi sehingga rentan terhadap penyakit. Pada masa ini pertumbuhan anak lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori menurun.
9) Riwayat Imunisasi
Pada usia 0 – 1 bualn imunisasi sudah lengkap, yaitu imunisasi yang diberikan terdiri dari : BCG 1x mulai 0 -11 bulan, DPT 3x mulai bayi umur 2 – 11 bulan dengan tenggang waktu 4 minngu, vaksin campak 1x pada bayi berumur 8 bulan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada penderita stadium lanjut biasanya terjadi penurunan kesadaran dan apabila terjadi syok hipovolemik bisa terjadi kematian.
2) Keadaan Integumen
Turgor kulit pada klien biasanya menurun, terdapat iritasi pada daerah anus.
3) Sitem Pernafasan
Terjadi perubahan pada frekuensi pernafasan karena bila terjadi sesak nafas yang akan menambah berat kepada klien.
4) Sistem Kardiovaskuler
Pada bayi tekanan darah normal adalah 75/ 60 mmHg, denyut nadi 120 – 140x/ menit, sedangkan pada anak 95/ 65 mmHg, denyut nadi 80 – 130x/ menit.
5) Abdomen
Pasien dikaji tentang penurunan fungsi saluran pencernaan seperti bising usus yang cepat, adanya mual dan anorexia, sel membran mukosa kering, perubahan pada berat badan, perubahan pola makan, perubahan dalam kebiasaan BAB.
6) Sistem Reproduksi
Genitalia : pada umumnya tidak terjadi perubahan.
7) Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terjadi adanya perubahan dalam aktivitas kelemahan fisik.
d. Aktivitas Sehari-hari
1) Makan dan Minum
Pada anak dengan peradangan saluran pencernaan sering disertai dengan penurunan berat badan, tidak nafsu makan dan harus diberi makan yang lembek.
2) Istirahat Tidur
Pada anak yang mengalami gangguan sistem pencernaan akan mengalami gangguan melaksanakan istirahat tidur karena adanya kontraksi usus yang sering menyebabkan sakit perut dan gangguan dari BAB yang sering.
3) Eliminasi
Pada anak dengan gangguan sistem pencernaan akan terjadi perubahan pada sistem eliminasi karena adanya peradangan pada saluran pencernaan.
4) Psikologis
Klien dengan usia anak mungkin dihadapkan pada timbulnya kecemasan dari perubahan tingkah laku.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat. ( Allen, 1998 : 67 )
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berkaitan dengan diare adalah :
a. Kekurangan volume cairan
b. Gangguan pola eliminasi BAB
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
d. Resiko tinggi gangguan integritas kulit
e. Gangguan rasa aman cemas
f. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
3. Perencanaan
Keperawatan, penetapan sasaran ( goal ) dan tujuan ( objektif ), penetapan kriteria dan merumuskan intervensi keperawatan. ( Gaffar, 1997 : 63 )
a. Diagnosa Keperawatan I
Tujuan :Mempertahankan/menunjukan keseimbangan cairan.
Dengan kriteria :
1) Keluaran urine adekuat
2) Tanda-tanda vital stabil
3) Membran mukosa lembab
4) Turgor kulit baik
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukuran keluaran urine dengan akurat
Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
2.
Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah
Membantu pasien untuk menghentikan muntah agar cairan yang keluar tidak berlebihan
3.
Identifikasi rencana untuk meningkatkan/ mempertahankan keseimbangan cairan optimal misal : jadwal masukan cairan
Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki kesempatan untuk berhasil
b. Diagnosa Keperawatan II
Tujuan : konsistensi dan frekuensi BAB normal
Dengan kriteria :
1) Peristaltik usus normal
2) Konsistensi feces normal
3) Berat badan bertambah
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Observasi dan catat frekuensi defekasi setiap hari
Dengan mengobservasi dan mencatat frekuensi defekasi dapat membantu membedakan penyakit individu dan mengakaji beratnya episode
2.
berikan asupan cairan peroral secara bertahap
Dapat meningkatkan istirahat usus dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan/ cairan dan dapat mencegah kram abdomen dan diare berulang
3.
Berikan therapy antibiotik
Therapy antibiotik dapat menghambat perkembangan bakteri
c. Diagnosa Keperawatan III
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Dengan kriteria :
1) Berat badan kembali normal
2) Turgor kulit baik
3) Klien tidak lemah
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Sajikan makanan yang menarik/ bervariasi dan sesuai dengan diet
Dapat menarik perhatian klien untuk mau makan
2.
Anjurkan agar klien diberi makan sedikit-sedikit tapi sering, dan diberikan makanan tambahan seperti biskuit
Mengurangi dilatasi gaster agar tidak menyebabkan pemberian makanan terlalu cepat yang akan meningkatka peristaltik usus.
3.
Pemberian obat anti muntah yaitu ondansetron
Dapat mengurangi rasa mual dan muntah
d. Diagnosa Keperawatan IV
Tujuan : Istirahat tidur terpenuhi
Dengan kriteria :
1) Tidur malam 7 – 8 jam
2) Kualitas tidur nyanyak
3) Sklera dan konjungtiva normal
No
Intervensi
rasionalisasi
1.
Anjurkan kepada keluarga klien, untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan membatasi jumlah pengunjung
Dapat mengurangi kebisingan sehingga tisur klien tidak terganggu
2.
Atur posisi klien senyaman mungkin
Dapat memberikan kenyamanan untuk klien beristirahat
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. ( Nursalam, 2001 : 63 )
Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penulisan kesehatan dan memfasilitasi koping. ( Nursalam, 2001 : 63 )
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. ( Nursalam, 2001 : 71 )
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. ( Nursalam, 2001 : 71 )